Ruteng, Berita1.Info— Upaya meningkatkan kesadaran warga membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terus digalakkan di Kabupaten Manggarai. Menyadari pentingnya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor ini, Kelurahan Wali menghadirkan terobosan menarik yang terbukti efektif.
Dalam waktu hanya dua hari, Kelurahan Wali berhasil mengumpulkan Rp6.205.303 dari 191 objek pajak. Strategi yang digunakan? “Jemput Bola Pembayaran PBB”, dengan menjadikan Rumah Gendang sebagai pusat pembayaran di lingkungan RW.
Rumah Gendang Jadi Simbol dan Solusi
Lurah Wali, Ignasius Yusuf, memanfaatkan Rumah Gendang bukan hanya karena ketersediaan tempat, tetapi karena makna kultural yang melekat. Dalam budaya Manggarai, Rumah Gendang bukan sekadar tempat tinggal, melainkan pusat penyelesaian berbagai urusan penting masyarakat.
"Rumah Gendang punya korelasi langsung dengan tanah sebagai objek pajak, sesuai falsafah Gendang One Lingko Peang," ujarnya.
Dengan semangat kolektif, Ignasius bersama para ketua RT dan RW menyambangi warga secara langsung untuk memfasilitasi pembayaran pajak. Warga pun tidak perlu lagi mengantre di kantor kelurahan atau bank.
Bukti Nyata, Langkah Nyata
Program ini dilakukan di dua wilayah RW, yakni Lao dan Lao Lanar, dengan hasil yang sangat memuaskan. Dari total pembayaran dua hari, nilai tertinggi mencapai Rp131.200 dan terendah Rp15.000.
“Ini sangat membantu warga. Selain hemat waktu, mereka juga merasa lebih dekat dengan pemerintah,” ujar Ignasius.
Langkah Inspiratif Menuju Manggarai Maju
Sebelumnya, Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Manggarai menggelar rapat koordinasi dengan seluruh lurah se-Kecamatan Langke Rembong. Pertemuan ini bertujuan menyamakan persepsi dan strategi agar masyarakat lebih sadar akan kewajiban perpajakan.
Kepala Badan Pendapatan, Kanis Nasak, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan realisasi PBB. Tagline “Tuntaskan, Manggarai Maju Lebih Cepat” diharapkan bukan sekadar slogan, tapi gerakan nyata seluruh elemen.
Pajak, Tanggung Jawab Bersama
Inisiatif Lurah Wali menjadi contoh bahwa pendekatan kultural dan inovatif bisa menjadi kunci dalam membangun kesadaran pajak. Di tengah tuntutan akan pembangunan yang semakin besar, kesadaran membayar pajak bukan hanya kewajiban, tapi juga bentuk kontribusi nyata warga untuk kemajuan daerah.
Penulis: Piter Bota