MANGGARAI TIMUR, 20 November 2025 — Kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) kembali menimpa seorang balita di wilayah Benteng Jawa, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Peristiwa ini memicu keprihatinan dari kalangan tenaga medis, di mana salah satu petugas kesehatan, yang diidentifikasi dari akun Facebook T Ekyy Purnama, diduga seorang tenaga medis di Puskesmas Benteng Jawa, mengungkapkan kebutuhan mendesak akan Serum Anti Rabies (SAR) di seluruh puskesmas di Manggarai Timur.
Postingan yang dibagikan oleh T Ekyy Purnama di media sosial Facebook menampilkan seorang balita yang menjadi korban gigitan anjing, sambil menyuarakan perlunya ketersediaan SAR untuk penanganan segera.
"Membutuhkan SAR (Serum Anti Rabies) di setiap puskesmas Manggarai Timur untuk menangani adek ini," tulis Ekyy dalam unggahannya.
Situasi Darurat Rabies dan Keterbatasan Logistik
Keluhan ini muncul di tengah tingginya kasus gigitan HPR yang terus terjadi di Manggarai Timur. Kondisi ini diperburuk dengan fakta bahwa stok Vaksin Anti-Rabies (VAR) untuk manusia dilaporkan terbatas, dan ketersediaan SAR juga menjadi perhatian serius.
SAR, atau imunoglobulin anti-rabies, memberikan kekebalan pasif langsung dan sangat penting untuk kasus gigitan risiko tinggi, terutama di area wajah. Keterbatasan stok ini menghambat upaya penanganan cepat dan tepat yang menjadi kunci dalam pencegahan rabies.
Seruan untuk Tindakan Serius Pemerintah
Kejadian serupa yang sering berulang dalam beberapa waktu terakhir di Manggarai Timur menegaskan status darurat rabies di wilayah tersebut. Pemerintah daerah dan instansi terkait, seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan, diharapkan dapat lebih serius dan kolaboratif dalam menangani masalah ini, baik melalui percepatan pengadaan SAR dan VAR maupun dengan mengintensifkan sosialisasi serta vaksinasi HPR.
Kesadaran dan tanggung jawab pemilik hewan menjadi elemen penting untuk melindungi masyarakat dari penyakit mematikan ini.


